Pendidikan adalah unsur yang sangat penting dalam memajukan peradaban, khususnya peradaban islam. Di zaman yang sudah sangat berkembang dengan teknologi yang canggih ini perlu di imbangi dengan pendidikan agama yang relevan. Dari perkembangan peradaban yang kita nikmati sekarang tidak lain berkat dari para pejuang ilmuwan dimasa lalu.
Para ilmuwan dimasa lalu berjuang gigih dengan berbagai pengorbanan demi kemajuan islam. Tidak lain adalah dari dua dinasti besar islam dimasa lalu yaitu dinasti Umayyah dan dinasti Abbasyiah. Tokoh muslim yang dijuluki sebagai bapak para raja, karena keberhasilannya dalam mendidik empat putranya menjadi khalifah yaitu Abdul Malik bin Marwan. Abdul Malik bin Mawan hidup pada masa dinasti Umayyah.
Biografi Abdul Malik Bin Marwan
Abdul Malik bin Marwan merupakan putra dari Marwan bin Al-Hakam dan Aisha bint Muawiyah bin Mughira. Beliau dilahirkan di Madinah pada bulan Ramadhan tahun 23 H/ 646 M. Nama lengkap beliau adalah Abdul Malik bin Marwan bin Hakam bin Abul Aas bin Umayya bin Abd Shams bin Abdi Manaf bin Qussai bin Kilab (Surma Hayani dan Nurhasanah Bakhtiar, 206, 2020).
Khalifah Abdul Malik bin Marwan memiliki istri bernama Atikah bint Yazid, Fatimah bint Hisham, dan Walida bint Alabbas. Beliau dikaruniai putra empat yaitu Alwalid, Sulaiman, Yazid II, dan Hisyam. Keempat putranya tersebut adalah pengganti khalifah secara bergantian sehingga Abdul Malik bin Marwan dijuluki sebagai Abul Muluk yang berarti ayah para raja (Surma Hayani dan Nurhasanah Bakhtiar, 207, 2020).
Abdul Malik bin Marwan dikatakan sebagai pendiri Dinasti Umayyah yang kedua. Hal tersebut dikarenakan beliau mampu mengatasi disintegrasi yang sudah mulai terjadi pada peristiwa masa khalifah Marwan. Selain itu beliau dikenal sebagai orang yang sangat pemberani, berilmu pengetahuan yang luas seperti tafsir, fiqih, hadits dan ilmu agama yang lain, serta beliau adalah khalifah yang hafal Alqur’an (Itsnawati Nurrohmah Saputri, 200, 2017). Disintegrasi yang terjadi pada masa khalifah Marwan adalah permusuhan perbedaan keyakinan, suku, budaya, ideologi, dan kepentingan. Permasalahan tersebut dapat diatasi oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan (H. Mas Alim Katu, 28, 1997).
Ulama besar di Madinah ini dikenal juga sebagai orang yang zuhud dan faqih di usia yang sangat muda. Pada usia sepuluh tahun beliau adalah saksi atas terbunuhnya kholifah Ustman bin Affan. Hal ini terjadi karena ayahnya adalah pejabat pemerintahan yaitu sekertaris kholifah Ustman bin Affan. Ketika usia enam belas tahun beliau diangkat sebagai panglima perang. Kholifah Abdul Malik bin Marwan meninggal pada tahun 86 H/ 705 M di Damaskus bulan Syawal. Masa pemerintahan dimulai tahun 685 M sampai 705 M menggantikan ayahnya (Surma Hayani dan Nurhasanah Bakhtiar, 206 – 207, 2020).
Kebijakan dan Perkembangan Peradaban Islam
Kekuasaan yang berlangsung sangat lama yaitu dua puluh satu tahun oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan. Terdapat banyak perkembangan dan kemajuan baik di bidang ekonomi, sosial, politik, dan budaya. Atas kekuasaannya Abdul Malik, maka sangat mudah bagi beliau untuk mengeluarkan kebijakan-kebijakan pemerintahan. Kebijakan-kebijakan tersebut diantaranya (Surma Hayani dan Nurhasanah Bakhtiar, 208 – 210, 2020):
- Meresmikan bahasa Arab menjadi bahasa pemerintahan negara. Bahasa yang digunakan sebelumnya adalah bahasa masing-masing daerah seperti Rowasi, Bizantium, Persia, dan lain sebagainya. Untuk memudahkan dan mempertahankan dokumen-dokumen pemerintahan maka kebijakan bahasa yang dipakai dalam pemerintahan adalah bahasa arab.
- Mencetak mata uang logam arab menjadi alat tukar yang sah. Untuk mendukung perekonomian masyarakat pemerintah mendirikan percetakan uang di Damaskus. Uang logam berbentuk dinar emas dan dirham perak. Uang logam ini bertuliskan kalimat tauhid disisi satu dan sisi lainnya bertuliskan nama khalifah. Mata uang logam dinar dan dirham ini juga untuk menghapus simbolis kristen dan zoroaster.
- Pembaharuan tulisan bahasa arab. Khalifah Abdul Malik bin Marwan dibantu oleh Gubernur Hajjaj bin Yusuf untuk melakukan pembaharuan tulisan arab. Hal ini dilakukan karena bahasa arab pada masa itu memiliki kekurangan yang membuat orang islam non arab kesusahan dalam membacanya. Seperti halnya dengan huruf mati dan huruf yang bentuknya sama. Oleh karena itu Gubernus Hajjaj bin Yusuf sebagai seorang seniman kaligrafi arab memberikan tanda baca seperti tanda titik dan harokat agar memudahkan masyarakat dalam membacanya.
- Perbaikan dalam bidang keuangan melalui diwan al-kharaj atau kementrian perpajakan. Kebijakan yang diambil adalah umat islam hanya diwajibkan membayar zakat dan umat non islam diwajibkan membayar pajak tanah pertanian. Akibat dari kebijakan tersebut banyak umat non islam yang masuk agam islam hanya karena terbebas dari kewajiban membayar pajak, sehingga pemasukan uang negara berkurang. Selanjutnya kebijakan diubah bahwa tentara islam yang memilki tanah pertanian dan perkebunan dikembalikan sebagai profesi semula dan tetap membayar pajak. Hal ini menjadi sebab pemberontakan dinasti Abbasyiah terhadap dinasti Umayyah.
- Mengembangkan sistem komunikasi melalui diwan Ar-Rasail atau kementrian surat menyurat. Kementrian pos ini berguna untuk melancarkan komunikasi antar negara kekuasaan Islam. Petugas pos dalam menjalankan tugas mengantarkan surat adalah dengan menaiki kuda.
- Mendirikan lembaga Mahkamah Agung. Lembaga ini bertugas untuk menyelesaikan permasalahan atau penyelewengan dari para pejabat negara. Sehingga dengan adanya lembaga ini maka akan meminimalisir penyelewengan dan mengurangi permasahan negara.
- Mendirikan bangunan-bangunan penting untuk melancarkan roda pemerintahan. Bagunan-bangunan tersebut adalah pabrik senjata militer, pabrik pembuatan kapal di Tunisia, membangun Kubah Batu dengan nama Qubbah Al-Sakhra di Yerussalem, serta memperluas masjidil haram di Makkah. Bagunan-bangunan tersebut dibuat dengan kombinasi arsitek arab dan arsitek non arab.
Berdasarkan kebijakan-kebijakan politik yang dikeluarkan khalifah Abdul Malik bin Marwan tersebut diatas maka beliau telah sangat berjasa dalam perkembangan dan kemajuan islam. Dengan adanya kebijakan tersebut maka tercipta masyarakat yang sejahtera, administrasi negara sangat teratur, memudahkan umat untuk belajar Alqur’an dari pembaharuan tulisan arab, memilih pejabat-pejabat negara yang berkompeten, serta melindungi masyarakat dari gangguan kelompok pemberontak.
Pengembangan Pendidikan Islam
Khalifah Abdul Malik bin Marwan yang dijuluki sebagai Abu Almulk menjadi perhatian yang sangat penting. Keberhasilan beliau dalam mendidik putra-putranya hingga menjadi kholifah sangat perlu dikaji. Beliau tidak mendidik putra-putranya secara langsung, akan tetapi beliau melakukan seleksi calon tutor yang berkompeten.
Pendidikan terhadap anak sebagai generasi penerus sangat diperhatikan oleh khalifah Abdul Malik bin Marwan. Beliau sangat memperhatikan kualitas para tutuornya karena sebagai pendamping dan pembimbing kepribadian putranya. Kriteria tutor yang dipilih adalah orang yang memahami kehidupan di lingkungan istana, mampu membina kepribadian sebagai seorang pemimpin dan putra khalifah, dapat melatih kesehatan jasmani melalui kegiatan berenang, mampu mangajarkan manajemen waktu yang baik (H. Mas Alim Katu, 34-35, 1997). Salah satu tokoh yang terpilih sebagai muadib atau tutor adalah Hajjaj bin Yusuf As-Sakafi yang merupakan orang dekat khalifah dan pernah diberikan amanah sebagai gubernur dan merintis pembaharuan tulisan arab.
Hajjaj bin Yusuf As-Sakafi melalui perintah dari khalifah agar merintis pembaharuan tulisan arab salah satunya tujuannya adalah agar memudahkan belajar putra-putranya. Sehingga dalam memahami alqur’an dan hadits lebih maksimal. Hal tersebut dikaitkan dengan masa sekarang adalah pembuatan modul dan materi ajar yang mudah dipahami oleh peserta didik agar tujuan pembelajaran dapat tercapai.
Pendukung pendidikan yang mencetak generasi pemimpin adalah pembiasaan dan pemberian amanah secara bertahap. Amanh-amanah yang diberikan kepada putra-putranya bukan hanya jabatan dalam politik, akan tetapi sebagai panglima perang pun pernah diberikan kepada mereka. Salah satu putranya yang pernah diberikan amanah sebagai panglima perang yaitu Abdullah bin Abdul Malik. Panglima perang melawan tentara romawi dalam pembebasan daerah Armenia (H. Mas Alim Katu, 34, 1997).
Pendidikan yang diajarkan terahadap putra-putra mahkota kholifah agar dapat membagi waktu sebagai seorang kholifah adalah manajemen waktu. Manajemen waktu yang diajarkan seperti mengurangi waktu istirahat (tidur). Hal tersebut diarahkan agar para putra-putranya dapat mengisi waktu dengan hal-hal yang bermanfaat untuk umatnya dan lebih memperhatikan terhadap kesejahteraan umat.
Berdasarkan uraian tersebut diatas maka kholifah Abdul Malik bin Marwan sangat berhasil dalam mendidik putra-putra hingga menjadi pemimpin. Putra-putra khalifah Abdul Malik bin Marwan yang menjadi khalifah pengganti diantaranya adalah Walid bin Abdul Malik, Sulaiman bin Abdul Malik, Yazid bin Abdul Malik, dan Hisyam bin Abdul Malik. Secara runtut kekhalifahan dinasti Umayyah adalah sebagai berikut (Mar’atu Shalihah, 84, 2019):
- Muawiyah Ibnu Abi Sufyan : 661 – 680 M
- Yazid Ibnu Muawiyah : 680 – 683 M
- Muawiyah Ibnu Yazid : 683 M
- Marwan Ibnu Hakam : 683 – 685 M
- Abdul Malik Ibn Marwan : 685 – 705 M
- Alwalid Ibn Abdul Malik : 705 – 715 M
- Sulaiman Ibn Abdul Malik : 715 – 717 M
- Umar : 717 – 720 M
- Yazid Ibnu Abdul Malik : 720 – 724 M
- Hisyam Ibn Abdul Malik : 724 – 743 M
- Alwalid Ibn Yazid : 743 – 744 M
- Yazid III : 744 M
- Ibrahim : 744 M
- Marwan Ibn Muhammad : 744 – 750 M
Relevansi Pendidikan Islam dengan Kondisi Sekarang
Perkembangan ilmu pengetahuan di masa khalifah Abdul Malik bin Marwan sudah sangat baik pada masanya. Cabang-cabang ilmu pengetahuan sudah mulai dikenal seperti kedokteran, ilmu falak, dan ilmu kimia. Tokoh kedokteran yang sangat terkenal pada saat itu adalah Ibnu Uthal yang merupakan dokter pribadi di lingkungan istana Mua’wiyah. Selain itu ada ahli pengobatan bernama Tayahud, ia adalah orang berkebangsaan Yunani yang merupakan dokter pribadinya Hajjaj bin Yusuf (H. Mas Alim Katu, 29, 1997).
Kholifah Abdul Malik bin Marwan merupakan pencetus pertama program penerjemahan ilmu pengetahuan ke dalam bahasa Arab. Selain itu program tata bahasa arab juga semakin berkembang dengan lahirnya pembaharuan tulisan arab. Banyak ahli qur’an dan hadits tersebar di daerah-daerah. Dari Alqur’an dan Hadits melahirkan berbagai cabang ilmu keislaman seperti fiqih, sastra arab, dan lain sebagainya.
Kontribusi Khalifah Abdul Malik bin Marwan dengan Situasi dan Kondisi Sekarang
Kontribusi yang diberikan Abdul Malik bin Marwan terhadap perkembangan islam khususnya bidang pendidikan sangatlah banyak. Berdasarkan uraian tersebut sebelumnya maka dapat diambil analisis dari beberapa kebijakan yang telah disusun, diantaranya:
- Teknik cara menentukan atau merekrut pendidik/ tutor yang berkompeten dengan keahlian-keahlian yang sesuai dengan tujuan pendidikan
- Menertibkan administrasi sebagai jejak dan pembelajaran di masa yang akan datang.
- Materi ajar disesuaikan dengan lingkungan kehidupan dan tujuan pembelajaran serta visi misi pendidikan
- Membuat bahan ajar atau modul yang mudah dipahami bagi peserta didik
- Memperbanyak referensi dari sumber ajar yang berbahasa asing untuk memperkaya pengetahuan.
Abdul Malik bin Marwan juga memiliki konsep pendidikan yang patut di contoh. Pendidikan yang diberikan kepada putra-putranya disesuaikan dengan lingkungan hidup dan visi misinya. Abdul Malik bin Marwan memanggil tutor ke istana sebagai pendidikan para putranya. Hal ini menjadi pencetus sekolah “Home Schooling” dimasa sekarang. Program home schooling ini sangat bagus buat tujuan pendidikan yang lebih mengerucut dan sesuai dengan lingkungan tempat tinggalnya. Dengan memanngil tutor ke rumah maka akan lebih fokus dan terkontrol perkembangan pendidikannya.
Referensi
Hayani, Surma dan Nurhasanah Bakhtiar. 2020. Arabisasi Pemerintahan Islam Pada Masa Khalifah Abdul Malik bin Marwan. Juspi (Jurnal Sejarah Peradaban Islam), Vol. 3. No. 2. Medan: Program Strudi Sejarah Peradaban Islam Fakultas Ilmu Sosial UIN Sumatera Utara.
Katu, H. Mas Alim. 1997. Ilmu Pengetahuan Masa Dinasti Umayyah. Adabiyah. Edisi Perdana. Ujung Pandang: IAIN Alauddin.
Saputri, Itsnawati Nurrohmah. 2017. Perkembangan Kubah Batu, Masjid Damaskus, Perluasan Masjidil Haram dan Masjid Nabawi pada Masa Khalifah Abdul Malik Bin Marwan dan Walid Bin Abdul Malik. Millati, Vol. 2, No. 2. Salatiga: IAIN Salatiga.
Sholihah, Mar’atus. 2019. Rekontruksi Sejarah Pemikiran dan Peradaban Islam Era Dinasti Umayyah dalam Pendidikan Islam. Falasifa, Vol. 10, No. 1. Jember: IAI Al-Falah Assunniyah Kencong Jember.